Butiran Salju (Part 6) : Perkembangan Bisnis yang Pesat

 

(ilustrasi pixabay)

Perkembangan Bisnis yang Pesat

Rachel semakin menggemaskan Boyke dan Tynera. Usianya menginjak 3 tahun. Naomi sangat menyayangi cucu satu-satunya yang berada di Indonesia.

Sementara cucu sambung dari Helda dan Ruth yang tinggal di Amerika dan Australia, setiap dua hari sekali mereka menelpon Naomi. Kadang bergura bersama cucu. Walau jauh, mereka tetap peduli dan sayang terhadap neneknya.

Kerap Rachel dititipkan pada sang nenek. Sebenarnya suster yang merawat Rachel, Naomi hanya mengawasi saja.

Kesibukan Boyke mengurus beberapa perusahaan baru yang dipegangnya juga memaksa harus ke luar kota. Ia memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada manajer di 8 kota di Indonesia serta beberapa di wilayah Asia.

Namun demikian, perhatian kedua orang tua Rachel sangat besar walau disibukkan berbagai masalah kantor.

Tynera memimpin Hotel Aurora dengan berkantor di rumah. Dalam 3 tahun, ia berencana membuka 2 hotel berbintang 4 di Bogor dan Jakarta.

Hotel ini dibangun dari keuntungan Hotel Aurora selama 5 tahun. Tak heran okupansi selalu tinggi karena arsitek bangunan hotel yang mengagumkan.

Hotel bisnis berlokasi di tengah kota ini amat cantik. Dahulu sang ayah membangun dengan biaya milik pribadi, bukan hasil pinjaman dari bank.

Baginya bekerja memang harus totalitas, sepenuh hati. Ayahnya mengajarkan bagaimana harus bekerja dengan giat. Itulah sebabnya ia menyerahkan hotel itu pada Tynera. Ayahnya tahu bahwa Tynera tipe pekerja keras dan pantang menyerah.

Walau belum menamatkan studi perhotelan di Swiszerland, pengetahuan dunia perhotelan telah banyak dikuasai. Gelar sarjana hukum yang disandangnya sudah cukup menjadi modal ia berkiprah di dunia bisnis.

Hotel Aurora memiliki 248 kamar dengan kapasitas Ballroom 5000 orang dengan set-up standing party. Acara-acara besar sering diadakan di Ballroom ini. Itu sebabnya Tynera juga turut mengawasi perkembangan bisnis dalam hal pemasaran.

Laporan keuangan mingguan yang cantik dari direktur keuangan merasa ia harus bersyukur selama ini.

Profit yang tinggi menjadi penyokong 2 gedung hotel miliknya yang akan diresmikan tahun ini berturut-turut.  Satu hotel berada di kotanya dengan brend Hotel Heaven dan Hotel Celestial berlokasi 1 jam dari kota Jakarta.

Jaringan bisnis yang besar dari Boyke turut membantu tingginya peminat investor untuk kedua hotel itu. Mereka berlomba ingin menjadi investor di perusahaan Boyke namun ia menunda proyek ini. Baginya akan memusingkan dalam melibatkan beberapa stake holder di perusahaannya.

Keadaan finansial yang sehat ini sangat mendukung kedua perusahaan lain yang akan disahkan segera, maka Boyke sangat teliti dan disiplin dalam perekrutan manager di perusahaan Starlight miliknya yang bergerak di bidang IT.

Akhir-akhir ini ia menyokong kedua hotel baru sebagai stake holder di perusahaan Tynera.

Bahu membahu kedua perusahaan bergerak maju. Keadaan finansial yang sehat membuat banyak hotelier berminat melamar bekerja.

Perusahaan IT, PT. Starlight milik Boyke mendominasi keperluan E-commerce hotel milik Tynera.

Bujet sebesar IDR 1 milyar digelontorkan untuk ke-3 hotel guna melengkapi Global Distribution System dan E-Commerce masing-masing hotel.

Hotel yang berkembang pesat sangat tergantung pada kecanggihan teknologi yaitu sokongan E-commerce. Bujet hanya dikeluarkan untuk satu tahun namun faedahnya amat besar.

Biaya IDR 1 milyar tidaklah besar untuk ongkos digital marketing selama 1 tahun. Biaya sebesar itu telah mencakup website yang aduhai indahnya.

Boyke dan Tynera paham bagaimana mereka harus bersaing dengan hotel pesaing.

 

(Bersambung Part 7 : Perpisahan Sementara Mencari Ketenangan)

Comments