Perpisahan
Sementara Mencari Ketenangan
Kesibukan luar biasa menyebabkan
Boyke dan Tynera tenggelam dalam kegiatan bisnis masing-masing.
Anda tahu bagaimana hubungan
mereka suami istri yang masing-masing disibukkan pekerjaan. Hanya hubungan
fisik semata namun kedua hati terasa hambar.
“Hello, babe?”
“Hi hon”
“I need to talk ”
“Yes please” jawab Nera
“Kita bisa gak ketemu malam. Please babe, you siapkan waktu untukku”
“Hmm, fine, ku tunda saja meeting nanti”
“Ok good, see you tonight”
Begitu sibuknya mereka sehingga
untuk bertemu dengan istri saja harus membuat janji. Oh my!
Boyke menelpon Rachel yang manja
sekali dengannya. Rachel telah duduk di sekolah kinder garten. Semula Tynera
ingin ia home schooling saja namun ia gagalkan. Sekolah di rumah tidak berteman
banyak, maka ia membawa Rachel kepada kelompok bermain.
Pukul 18:05 Tynera langsung
mandi. Ia ingin menyambut Boyke
“Hi darling..why we never meet up”
“Yah, it’s our time now” jawab Nera
Boyke mencium bibirnya, mesra.
Rachel sedang asyik memainkan piano.
Nera tenggelam dalam cinta yang
telah lama terlupa. Jawaban klasik adalah sibuk di hotel. Terlebih 2 hotel
dalam tanggung jawabnya kini.
Boyke terlupakan. Ia mencium
kening Tynera, istrinya yang lama tak ia sentuh. Tynera menjadi alcoholic work
setelah kesibukan melambung.
Kini mereka merasakan situasi
itu. Setelah mereka saling melepaskan hasrat cintanya, Boyke mulai membuka
pembicaraan.
“Babe, bisa kan kalau kamu sisakan waktu sedikit saja buatku?. I’m sure
you can do for us”
“Let me think honey, we are in very rush time”
“Then if you still keep on that way, I will split with you for a while.
I’ll let you to think, I need you babe”
Permintaan wajar dari Boyke. Ia
ingin Tynera mencurahkan waktu untuknya, seperti dulu ia dapat mengatur
kehidupan Boyke. Boyke bertipe selalu ingin dikontrol istrinya.
Perkawinannya dengan Sandra bukan
karena masalah sepele. Boyke dan Sandra masih saling mencintai namun pernikahan
yang lama tak dapat dipertahankan sebab ia merindukan anak, pewaris dari
tahtanya.
Hubungan Boyke dengan istri
pertamanya baik-baik saja, bahkan mereka kerap saling memberi kabar.
Kini seluruh kebahagiaan telah ia
rengkuh. Namun ia kehilangan waktu kebersamaan dengan Tynera yang sangat
dicintainya.
Ia mengusulkan sebagai ancaman
bahwa ia menginginkan Tynera memperhatikan dirinya dan Rachel.
Tynera mengakui ia hanyut dalam
kesibukan hingga tiadanya waktu bagi keluarga.
Malam itu, Boyke dan Tynera
berpelukan. Mereka sadar, telah melakukan pekerjaan seperti tergila-gila. Apa
yang mereka cari? Quo vadis.
“OK babe, I will wait for your call!”
“Ok, I’ll call you soon” Jawab Tynera bersuara datar
Boyke berkemas dengan membawa
beberapa pakaian di koper. Ia akan menginap di rumahnya yang dulu ia tinggalkan
bersama Sandra.
Rumah itu kepunyaan Sandra. Ia
sadar langkahnya tidak benar. Namun ia merindukan kehangatan Sandra yang setia
melayaninya. Baik keperluan sehari-hari maupun batiniah.
Sandra duduk di beranda saat
Boyke memakirkan mobil di halaman. Rumah kenangan ini terlalu sulit untuk
dilupakan. Seandainya saja Sandra….
Ah, ia tak mau menebak keinginan
Sandra.
Boyke menempati kamar di lantai
satu. Sandra tetap berkamar di atas. Kali ini Boyke ingin menenangkan diri.
Tynera tahu ia berada di rumah itu. Tiada kecemburuan karena Sandra
berkepribadian agung, matang bila berhadapan dengan semua orang.
Usia yang terpaut jauh membuat
segan melukai hati Sandra.
Sandra sedang mengikuti studi S2
dibidang Sejarah, ia seorang dosen di Universitas Pajajaran – Bandung. Ia
senang berkecimpung dalam dunia edukasi.
Begitu agung pribadinya bahkan ia
merelakan Boyke yang telah berpaling pada Tynera, untuk tinggal di rumah itu.
Bukankah itu bukan rumah bekas suaminya lagi? Ya, tapi….tak apalah, ia membantu
Boyke, mungkin ia sedang dalam masalah.
Setiap hari Boyke menulis.,
membaca. Menulis menjadi curahan hatinya. Sesekali ia menelpon Rachel, Tynera.
Tiada orang yang dibencinya, ia hanya ingin merenung akan apa yang telah dan
akan dikerjakannya kelak.
Ia terlalu cinta kepada Tynera, Rachel, Naomi dan Sandra,
orang-orang yang berada di sekelilingnya.
Butiran Salju (Part 8) : Tinggal bersama dalam satu atap
Comments
Post a Comment