Antara kepentingan egoku dan kecintaanku pada Ibu mertua
(gambar iustrasi CelestineP)
Genap 14 hari sudah, Tynera
Sabdono berada di rumah keluarga Paul, suaminya. Sementara ini ia tinggal
bersama Susan, ibu mertua yang kini hidup seorang diri sejak ayah Paul wafat 2
tahun lalu.
Sejak itu pula Paul disibukkan
mencari kerabat yang ingin tinggal bersama sang bunda. Kesibukannya sebagai technic
engineer di perusahaan Oil Well mengharuskan bolak balik ke Singapore, Johor
Bahru, Beijing serta Jakarta.
Di pagi hari yang cerah saat sarapan “Nak, gimana kabar
disana, ibu mertuamu?”, video call Tia
“Everything good, mam”
“Nak, nanti check pesan mama ya” katanya lagi
“ok mam”
Lima belas menit kemudian, Nera menelpon balik Tia.
“Wow, mama jadi penulis hebat sekarang, you are great mam!”
Tia mengirimkan artikel dari
Kompasiana berjudul Melepas Kepergian Sang Putri Artikel pertama Tia di Kompasiana itu
menjadi artikel pilihan. Dalam 3 jam telah mendapat 89 viewer, 5 rating. Tia
bersyukur ada yang membacanya, padahal ia baru mendaftar kemarin.
Hobi menulis telah lama
ditinggalkan karena kesibukannya bekerja di Hotel Luxury. Bahkan Wito pernah mengatakan,Tia
lebih mencitai hotelnya dan bukan dirinya. Oh.
Seketika Nera teringat saat
perpisahan di bandara. Ia rindu Tia, Wito, Inah yang selalu berada disampingnya
saat ibunda bekerja. Padahal baru 2 minggu berpisah.
“Mam, Nera mau ngobrol sama papa
dong” pinta Nera saat video call
“Papamu sedang video call nak,
ada apa sayang?”
“Nothing mam, just missing dad”
“Oh,,nanti mama kasih tahu papa”
“O ya cantik, jangan lupa
register di Kompasiana ya”
“Dulu mamapun begitu, tulisan
amburadul tak mengapa, nanti terbiasa. Kamu punya bakat, sayangku. Kakek dulu
hobi menulis, pasti kamu bisa”
“hehe…ok ok mam”
Sepulang dari kantor, Paul
berbincang dengan Nera, perbincangan serius. Paul harus pergi ke Singapore
untuk satu proyek baru pembuatan mesin drilling di Ghana. Ia bermaksud mengajak
Nera selama 10 hari tinggal di sana, sekalian bertemu mama dan papanya di
Jakarta.
“Is okay honey, I will keep stay
here”
“Are you sure?” Tanya Paul,
sedikit melotot.
“Yea, no worry, I will look after
mom”
Paul mengecup kening Nera,
istrinya yang baru dinikahi 3 minggu lalu
“I love you Tynera” katanya
“So what will you do when I’m
away hmm..?”
“Menulis…”
“what?”
“Writing…”
“Cool.. sweet heart”
Nera tidak mengantar Paul ke
London. Empat jam, waktu yang cukup melelahkan di kereta api menuju London
Heathrow. Ia memilih tinggal di rumah menemani Susan, ibu mertuanya.
Setiap hari ia rajin menyiapkan
makanan untuk Susan, berkebun di belakang rumah, membersihkan rumah. Ia
kerjakan dengan hati gembira.
Ingat pesan Tia saat video call,
Nera langsung mendaftar di Kompasiana. Ia ingin kembali menekuni tulis menulis.
Sebenarnya ia memiliki blog pribadi saat kuliah dulu, cukup lama tak tersentuh.
Mulailah jari-jarinya menari di
atas lap top.
Tulisannya yang ke 15 berjudul Darchi, Ibu Mertua dan Dora menjadi artikel popular di Kompasiana.
Berikut kisah cerpennya.
Wajah ceria Ibu mertua tampak
selalu berseri sejak dora – anak kucing pemberian tetangga, selalu bersamanya sejak
2 hari lampau.
Namanya dora, bulu hitam putih
yang panjang sangat lucu menutupi mata. Bulu lebatnya menambah cantik kucing
itu. Sorot mata lembut, mempesona, minta dikasihani.
Dora, anak kucing itu sedang
dalam keadaan trauma. Induknya dipisahkan sejak ia lahir. Ia masih malu-malu
mendekati siapapun. Seketika ia langsung bersembunyi di bawah bedcover bila
kedapatan kita menatapnya.
Dora, kucing yang manja
Dora selalu menemani Ibu
kemanapun, berbelanja, berkebun, memasak. Karena sangat sayang pada kucingnya itu,
dora tidur di kamar Ibu. Ya, sejak suaminya meninggalkan ibu untuk selamanya, 2
tahun lalu
Kehadiran dora menjadi kawan
setianya, membuat suasana ceria di rumah, hari demi hari. Tiada yang dapat kami
perbuat selain ingin menyenangkan hati ibu disisa harinya. Ibu mertuaku
satu-satunya orangtua yang masih berada ditengah kami.
Kini dora genap satu bulan berada
dekat ibu. Ia jarang keluar rumah. Berlari kesana kemari dalam kamar. Pernah
suatu kali, ia mencakari karpet hingga sompong.
Ibu akan mengangkatnya perlahan
didudukan dalam pangkuan. Perlahan ia senyap, hmm…tertidur manja.
Susan hanya memiliki seorang
anak. Ayah mertua meninggal diusia 78 tahun. Usia Ibu menjelang 71 tahun ini. Betapa ia kehilangan pasangan
hidup yang telah menemaninya selama 50 tahun.
Ayah mertua seorang engineer
semasa hidup, sedangkan keseharian ibu menanam buah-buahan dan sayuran di
pekarangan rumah. Di beranda ditanami bunga-bunga nan indah, kesukaannya.
Mereka menempati rumah yang cukup luas dengan 3 ruang tidur.
Masalah timbul setelah ayah
wafat, kamipun harus sering menampilkan diri pada ibu. Taksampai hati
meninggalkan ibu sendirian disana, Paul sering menemani ibu di hari-hari sibuknya,
sepeninggal ayah.
Kepergian Ana
Setelah genap 2 minggu, ia
mengajak saudara perempuan, Ana, tinggal di rumah itu, untuk menemani ibu.
Rasanya tidak pantas, kami meninggalkan ibu sendirian.
Begitulah hari demi berlalu, Ana
harus meninggalkan Plymouth untuk melanjutkan studi di University of
Westminster Little Titchfield St, London
Tradisi video call
Kebiasaan baru kami adalah
melakukan video call pada jam-jam tertentu, setiap hari. Pertanyaan yang
dilontarkan selalu sama ‘how things going? everything ok?.
Selama video call, ibu selalu
membawa berkeliling di kebun, mencorong si dora, juga makanan sehari-hari.
Paling sering terlihat dimeja yaitu sandwich. Mungkin gampang dan cepat dibuat.
Lama kelamaan kebiasaan video
call menjadi kewajiban. Bila suami sibuk, sayalah yang menelpon via skype.
Suatu hari, kami berdua pernah tak dapat tersambung, ibu tampak cemas, ia
mengirimkan text via skype menceritakan kecemasannya.
Seminggu kemudian, Ibu menelpon
diluar jam biasanya. Ceritanya, ia aktif dalam komuniti yoga yang berada 2 blok dari rumah. Kami
menyambut senang. Berarti urusan video call akan berkurang, pikirku.
Kehadiran Jean Darchi
Suatu hari Ibu bercerita, ia
menjalin kasih dengan seorang pria tua di komuniti. Ya, seusia Ibu. Ia memohon
kepada anaknya, agar diijinkan menikah dengan pria itu.
Wah, ternyata urusan menjadi
sedikit runyam. Cinta mencintai tak pernah pudar tampaknya
Suamiku risau. Bagaimana cara
menyampaikan pendapatnya secara bijak. Artinya ia harus menemui pria tua itu
secepatnya, jangan-jangan….
Pertanyaan demi pertanyaan
berkecamuk di kepala, sambil kuberdoa agar ibu berpikir ulang dengan
keputusannya untuk menikah.
Mungkin ibu kesepian, tiada kawan
berbincang. Walau si dora menemaninya sepanjang hari, bukan berarti ia dapat
melepas rasa sepi.
Akhirnya terbanglah kami ke
Plymouth, hanya ingin melihat keadaan pria tua itu apakah seorang pria yang
pantas untuk Ibu. Kami tak mau membuat Ibu kesepian di sisa harinya. Apapun
akan kami lakukan asal ibu bahagia.
Setiba di rumah, kami mendapati
Ibu dan pria itu berada di ruang tengah sedang bercakap. Ibu sibuk dengan
kedatangan kami. Seperti biasa ia telah menyiapkan makanan kesukaan anaknya, lasagna fetuccini.
Akhirnya kami tahu, Jean Darchicourt
pria tua asal Perancis itu berkawan sejak ibu remaja. Istrinya telah wafat 5
tahun lalu dan ia hidup seorang diri di rumah, percis seperti yang ibu alami.
Sudah kuduga, Ia tampak gagah
ketika belia. Terlihat dari sisa garis ketampanannya. Ia seorang pensiunan dari
Cruiship. Kedua anaknya berada di Australia beserta 2 orang cucu.
Setelah kami berbincang sampai
larut, akhirnya tiada alasan untuk menghalangi ibu tinggal bersama pria itu.
Mereka hanya ingin berbincang, bersenda gurau, saling mendengarkan.
The blessing of wedding ceremony
Sebelum kembali ke Malaysia, kami
mengundang seorang pastor untuk memberkati pernikahan mereka. Kami semua
bahagia. Dua orang yang kesepian menjalani hidup bersama di usia senja, kini
senyum ceria dan bahagia menghampiri hari demi hari.
Meow….meow…. Dora, kucing
kesayangan selalu berada di tengah hangat suasana.
Kehidupan yang penuh misteri, We never know what will happen next.
Lakukan saja apa yang dapat kita lakukan untuk orang tua diusia senja. Tiada
lagi kebahagiaan tersisa di bumi ini selain selimut kasih untuk mereka berdua.
“When you love someone, you love the whole person, just as he or she
is”
Comments
Post a Comment