Artikel Tynera yang ke-15

 

Antara kepentingan egoku dan kecintaanku pada Ibu mertua

(gambar iustrasi CelestineP)

Genap 14 hari sudah, Tynera Sabdono berada di rumah keluarga Paul, suaminya. Sementara ini ia tinggal bersama Susan, ibu mertua yang kini hidup seorang diri sejak ayah Paul wafat 2 tahun lalu.

Sejak itu pula Paul disibukkan mencari kerabat yang ingin tinggal bersama sang bunda. Kesibukannya sebagai technic engineer di perusahaan Oil Well mengharuskan bolak balik ke Singapore, Johor Bahru, Beijing serta Jakarta.

Di pagi hari yang cerah saat sarapan “Nak, gimana kabar disana, ibu mertuamu?”, video call Tia

“Everything good, mam”

“Nak, nanti check pesan mama ya” katanya lagi

“ok mam”

Lima belas menit kemudian, Nera menelpon balik Tia.

“Wow, mama jadi penulis hebat sekarang, you are great mam!”

Tia mengirimkan artikel dari Kompasiana berjudul Melepas Kepergian Sang Putri  Artikel pertama Tia di Kompasiana itu menjadi artikel pilihan. Dalam 3 jam telah mendapat 89 viewer, 5 rating. Tia bersyukur ada yang membacanya, padahal ia baru mendaftar kemarin.

Hobi menulis telah lama ditinggalkan karena kesibukannya bekerja di Hotel Luxury. Bahkan Wito pernah mengatakan,Tia lebih mencitai hotelnya dan bukan dirinya. Oh.

Seketika Nera teringat saat perpisahan di bandara. Ia rindu Tia, Wito, Inah yang selalu berada disampingnya saat ibunda bekerja. Padahal baru 2 minggu berpisah.

“Mam, Nera mau ngobrol sama papa dong” pinta Nera saat video call

“Papamu sedang video call nak, ada apa sayang?”

“Nothing mam, just missing dad”

“Oh,,nanti mama kasih tahu papa”

“O ya cantik, jangan lupa register di Kompasiana ya”

“Dulu mamapun begitu, tulisan amburadul tak mengapa, nanti terbiasa. Kamu punya bakat, sayangku. Kakek dulu hobi menulis, pasti kamu bisa”

“hehe…ok ok mam”

Sepulang dari kantor, Paul berbincang dengan Nera, perbincangan serius. Paul harus pergi ke Singapore untuk satu proyek baru pembuatan mesin drilling di Ghana. Ia bermaksud mengajak Nera selama 10 hari tinggal di sana, sekalian bertemu mama dan papanya di Jakarta.

“Is okay honey, I will keep stay here”

“Are you sure?” Tanya Paul, sedikit melotot.

“Yea, no worry, I will look after mom”

Paul mengecup kening Nera, istrinya yang baru dinikahi 3 minggu lalu

“I love you Tynera” katanya

“So what will you do when I’m away hmm..?”

“Menulis…”

“what?”

“Writing…”

“Cool.. sweet heart”

Nera tidak mengantar Paul ke London. Empat jam, waktu yang cukup melelahkan di kereta api menuju London Heathrow. Ia memilih tinggal di rumah menemani Susan, ibu mertuanya.

Setiap hari ia rajin menyiapkan makanan untuk Susan, berkebun di belakang rumah, membersihkan rumah. Ia kerjakan dengan hati gembira.

Ingat pesan Tia saat video call, Nera langsung mendaftar di Kompasiana. Ia ingin kembali menekuni tulis menulis. Sebenarnya ia memiliki blog pribadi saat kuliah dulu, cukup lama tak tersentuh.

Mulailah jari-jarinya menari di atas lap top.

Tulisannya yang ke 15 berjudul Darchi, Ibu Mertua dan Dora menjadi artikel popular di Kompasiana.

Berikut kisah cerpennya.

Wajah ceria Ibu mertua tampak selalu berseri sejak dora – anak kucing pemberian tetangga, selalu bersamanya sejak 2 hari lampau.

Namanya dora, bulu hitam putih yang panjang sangat lucu menutupi mata. Bulu lebatnya menambah cantik kucing itu. Sorot mata lembut, mempesona, minta dikasihani.

Dora, anak kucing itu sedang dalam keadaan trauma. Induknya dipisahkan sejak ia lahir. Ia masih malu-malu mendekati siapapun. Seketika ia langsung bersembunyi di bawah bedcover bila kedapatan kita menatapnya.

Dora, kucing yang manja

Dora selalu menemani Ibu kemanapun, berbelanja, berkebun, memasak. Karena sangat sayang pada kucingnya itu, dora tidur di kamar Ibu. Ya, sejak suaminya meninggalkan ibu untuk selamanya, 2 tahun lalu

Kehadiran dora menjadi kawan setianya, membuat suasana ceria di rumah, hari demi hari. Tiada yang dapat kami perbuat selain ingin menyenangkan hati ibu disisa harinya. Ibu mertuaku satu-satunya orangtua yang masih berada ditengah kami.

Kini dora genap satu bulan berada dekat ibu. Ia jarang keluar rumah. Berlari kesana kemari dalam kamar. Pernah suatu kali, ia mencakari karpet hingga sompong.

Ibu akan mengangkatnya perlahan didudukan dalam pangkuan. Perlahan ia senyap, hmm…tertidur manja.

Susan hanya memiliki seorang anak. Ayah mertua meninggal diusia 78 tahun. Usia Ibu menjelang  71 tahun ini. Betapa ia kehilangan pasangan hidup yang telah menemaninya selama 50 tahun.

Ayah mertua seorang engineer semasa hidup, sedangkan keseharian ibu menanam buah-buahan dan sayuran di pekarangan rumah. Di beranda ditanami bunga-bunga nan indah, kesukaannya. Mereka menempati rumah yang cukup luas dengan 3 ruang tidur.

Masalah timbul setelah ayah wafat, kamipun harus sering menampilkan diri pada ibu. Taksampai hati meninggalkan ibu sendirian disana, Paul sering menemani ibu di hari-hari sibuknya, sepeninggal ayah.

Kepergian Ana

Setelah genap 2 minggu, ia mengajak saudara perempuan, Ana, tinggal di rumah itu, untuk menemani ibu. Rasanya tidak pantas, kami meninggalkan ibu sendirian.

Begitulah hari demi berlalu, Ana harus meninggalkan Plymouth untuk melanjutkan studi di University of Westminster Little Titchfield St, London

Tradisi video call

Kebiasaan baru kami adalah melakukan video call pada jam-jam tertentu, setiap hari. Pertanyaan yang dilontarkan selalu sama ‘how things going?  everything ok?.

Selama video call, ibu selalu membawa berkeliling di kebun, mencorong si dora, juga makanan sehari-hari. Paling sering terlihat dimeja yaitu sandwich. Mungkin gampang dan cepat dibuat.

Lama kelamaan kebiasaan video call menjadi kewajiban. Bila suami sibuk, sayalah yang menelpon via skype. Suatu hari, kami berdua pernah tak dapat tersambung, ibu tampak cemas, ia mengirimkan text via skype menceritakan kecemasannya.

Seminggu kemudian, Ibu menelpon diluar jam biasanya. Ceritanya, ia aktif dalam komuniti  yoga yang berada 2 blok dari rumah. Kami menyambut senang. Berarti urusan video call akan berkurang, pikirku.

Kehadiran Jean Darchi

Suatu hari Ibu bercerita, ia menjalin kasih dengan seorang pria tua di komuniti. Ya, seusia Ibu. Ia memohon kepada anaknya, agar diijinkan menikah dengan pria itu.

Wah, ternyata urusan menjadi sedikit runyam. Cinta mencintai tak pernah pudar tampaknya

Suamiku risau. Bagaimana cara menyampaikan pendapatnya secara bijak. Artinya ia harus menemui pria tua itu secepatnya, jangan-jangan….

Pertanyaan demi pertanyaan berkecamuk di kepala, sambil kuberdoa agar ibu berpikir ulang dengan keputusannya untuk menikah.

Mungkin ibu kesepian, tiada kawan berbincang. Walau si dora menemaninya sepanjang hari, bukan berarti ia dapat melepas rasa sepi.

Akhirnya terbanglah kami ke Plymouth, hanya ingin melihat keadaan pria tua itu apakah seorang pria yang pantas untuk Ibu. Kami tak mau membuat Ibu kesepian di sisa harinya. Apapun akan kami lakukan asal ibu bahagia.

Setiba di rumah, kami mendapati Ibu dan pria itu berada di ruang tengah sedang bercakap. Ibu sibuk dengan kedatangan kami. Seperti biasa ia telah menyiapkan makanan kesukaan anaknya, lasagna fetuccini.

Akhirnya kami tahu, Jean Darchicourt pria tua asal Perancis itu berkawan sejak ibu remaja. Istrinya telah wafat 5 tahun lalu dan ia hidup seorang diri di rumah, percis seperti yang ibu alami.

Sudah kuduga, Ia tampak gagah ketika belia. Terlihat dari sisa garis ketampanannya. Ia seorang pensiunan dari Cruiship. Kedua anaknya berada di Australia beserta 2 orang cucu.

Setelah kami berbincang sampai larut, akhirnya tiada alasan untuk menghalangi ibu tinggal bersama pria itu. Mereka hanya ingin berbincang, bersenda gurau, saling mendengarkan.

The blessing of wedding ceremony

Sebelum kembali ke Malaysia, kami mengundang seorang pastor untuk memberkati pernikahan mereka. Kami semua bahagia. Dua orang yang kesepian menjalani hidup bersama di usia senja, kini senyum ceria dan bahagia menghampiri hari demi hari.

Meow….meow…. Dora, kucing kesayangan selalu berada di tengah hangat suasana.

Kehidupan yang penuh misteri, We never know what will happen next. Lakukan saja apa yang dapat kita lakukan untuk orang tua diusia senja. Tiada lagi kebahagiaan tersisa di bumi ini selain selimut kasih untuk mereka berdua.

“When you love someone, you love the whole person, just as he or she is”

Comments