Suatu hari Ibu Rahma pergi ke toko kelontong, setelahnya singgah ke Pasar Mawar yang jaraknya Cuma 5 menit berjalan kaki dari toko kelontong
Usai berbelanja, kedua tangan
menenteng 2 kresek besar, sampai dompetpun dimasukkan tas kresek.
“Bu, Bu Rahma..!” Seorang lelaki paruh baya memanggil Bu Rahma dari
sebrang jalan
Bang Jali yang memanggil-manggil
Bu Rahma ialah bekas sopirnya.
Tiba di rumah Bu Rahma mengomel
pada putrinya.
“Tadi ketemu si Jali di pasar, sombong amat dia sekarang, gak bantu
mama bawa belanjaan. Sudah ngajorowok malah pergi. Mama minta dibantu malah
ngaleos..”
“Eh mama nih kumaha, mana dia tahu mama bicara kalau masker tetep
dimulut” komentar Tari
“O iya mulutku kan tertutup yah tapi kan mama dah senyum juga.”
“Lain kali mama pake bahasa isyarat aja deh..” nasehat Tari sambil
ngaleos juga.
Sore harinya, Bu Rahma janjian bersama
ibu-ibu di WAG. Pak RT memuji kepiawaian Bu Rahma memimpin webinar melalui zoom
2 minggu lalu. Maka atas permintaan Pak RT, minggu ini Bu Rahma harus memberikan
penyuluhan gerakan 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan.
“Ibu-Ibu, sila aktifkan videonya”.
Tetiba suara motor berderung
dibarengi suara Bu Teti.
“Ah, kayak gak ada kerjaan aja, Mama Ira”
“Tapi ini penting Bu Teti, harus hadir”
“Kalau dikasih pulsa sih saya mau, internet baru saya stop minggu
kemarin”
Tak disangka ternyata obrolan
berdua masuk zoom. Di ujung acara, Bu Rahma menuturkan
“Ibu-ibu warga RT 002 terimakasih telah hadir pada perbincangan kita
sore ini. Untuk keperluan pulsa, nanti saya bicarakan kepada Pak RT, apakah
perlu kita mengirimkan surat permohonan kepada Bapak Nadiem. Semoga permintaan
kita disetujui Bapak Mentri sebab ibu-ibu juga harus dicerdaskan. Begitu saja
ibu-ibu. Selamat petang.”
Seminggu kemudian, Bu Rahma kebetulan
bertemu Bu Teti di gerobak tukang sayur.
“Eh Bu Rahma, maaf saya sibuk banget, gak bisa ikut zoom”
“Ya gak apa-apa Bu Teti. O ya mengenai pulsa itu Pak RT mau bantu,
kalau cuma seorang gak perlu kirim surat ke Pak Nadiem”
“Hmm..kumaha Bu Rahma, ulangi, saya kurang mudeng”
“Pantes Bu Teti olohok terus… anu Bu nanti Pak RT yang akan kirim pulsa
buat webinar khusus untuk Ibu. Ibu setahun sekali dapat bantuan 200 ribu”
“Oh, hatur nuhun atuh Bu Rahma”
“O ya Bu Teti, ini tagihan uang
sampah bulan lalu. Mulai bulan ini ada kenaikan 200 ribu ya Bu. Si Slamet kagak
mau ngangkat sampah dedaunan, Banyak warga potong pohon mangga, komplen terus
dia”
“Eleh-eleh.. kalau gitu tahun depan aja Bu Rahma”
***
Dua bulan kemudian, Pak RT
mengumpulkan warga di aula sekolah.
“Yang terhormat Bapak-bapak dan
ibu-ibu warga RT 002 Jambu Kuning, atas beberapa usulan beberapa warga maka
kita berencana memasang CCTV yang dapat memantau seluruh ruas jalan. Ini akan lebih
membantu keamanan lingkungan kita. Bagi warga yang sudah memasang CCTV, sila
dapat berbagi dengan tetangga sebelahnya agar lebih terlihat jelas”
Keesokan harinya tampak ibu-ibu
sibuk menyuruh Slamet dengan gengnya. Slamet yang mengambil sampah setiap 2
hari sekali ke rumah-rumah.
Bu Teti memotong pohon rambutan
di halamannya, mama Ira memotong ranting-ranting pohon mangga yang sudah tinggi,
Bu Rahma memotong pohon kersen.
Pak RT sibuk di WAG, “Selamat siang Ibu-ibu, Bapak-Bapak, apakah
ada instruksi saya memotong pohon-pohon di lingkungan kita?.
Jawaban pertama dari Bu Rahma
“Tidak ada Pak RT”, disusul Bu Teti dan Mama Ira. Ibidem.
“Saya lihat kok banyak pohon ditebang di lingkungan kita, mohon
klarifikasi, terima kasih”
“Supaya tampak jelas dari CCTV, Pak RT”
“Mohon dihentikan pemotongan pepohonan ya ibu-ibu. Pemasangan CCTV itu
masih wacana karena belum ada anggaran, jalan kita saja lebih dari 10 ruas.
Sebaiknya kita mulai menabung dari sekarang untuk iuran. Insya Allah 2022 baru
bisa dipasang”
“Baik Pak RT, terima kasih” balas Bu Rahma.
“Haturnuhun Pak RT” Teti menyusul
Tetiba dari teks Mama Ira “Jeng Rahma, nanti ketemuan ya, ono-ono wae,
si RT tuh”
Pak RT membalasnya “Mama Ira, monggo japri saja dengan Bu Rahma, memang Indonesia butuh ketawa”
Comments
Post a Comment