(ilustrasi pixabay)
Pembagian
Warisan
Setelah Helda menetap di Amerika
dan Ruth di Australia lalu masing-masing menikah dengan pria warga lokal di
sana, Naomi hidup seorang diri. Ayah mereka berpulang karena penyakit stroke.
Helda dan Ruth adalah anak
sambung Naomi. Dua tahun setelah suami berpulang, Naomi menikah dengan pria
kelahiran Inggris, Alan Wood. Lahirlah Tynera, melengkapi kebahagiaan mereka.
Keseharian Alan berkeliling dari
satu negara ke negara lain di Asia oleh karena pekerjaannya sebagai teknik engineer
di salah satu perusahaan di Inggris.
Namun kebahagiaan sirna sementara,
ketika didapati tubuh Alan terbujur kaku di pagi hari. Dokter pribadinya
mengatakan bahwa ia terkena serangan jantung.
Tynera saat itu sedang mengikuti
studi perhotelan di Switzerland. Demikian Naomi hanya menunggu kedatangannya
kembali ke Jakarta agar Tynera meneruskan bisnis Hotel Aurora, milik ayahnya.
Alan Wood seorang konsultan di
perusahaan minyak. Seorang kaya yang hendak merintis bisnis hotel kala itu. “I will handle the business hotel one day”
kenangnya saat itu.
Namun mujur tak dapat diraih, ia
berpulang sebelum menikmati hasil di Hotel Aurora, ketika hotel dalam masa pembangunan.
Naomi hanya terlibat sebatas
mengetahui saja akan kiprah bisnis ini. Ia enggan mengurus hotel beserta seluruh
asset Alan di Inggris juga Hotel Aurora di Indonesia. Melimpahkan seluruhnya kepada
Tynera, semata wayangnya adalah baik untuk ketenangan pikiran menjelang usia
senja.
“Don’t think about us, mom” Ujar Helda dan Ruth ketika mereka akan
diberi warisan sepeninggal Alan. Walau Alan bukan ayah mereka namun menumpuknya
harta Alan, terpikir oleh Naomi saatnya membagikan
harta warisan.
Akhirnya jatuhlah sebagian
warisan Alan kepada Tynera dan sebagian lagi untuk kedua anak sambung. Ia tak
ingin sepeninggal dirinya menimbulkan sengketa gugatan diantara anak-anaknya.
Dengan didampingi 2 konsultan hukum majulah Tynera dengan kesibukan yang luar biasa.
Bertahap ia mendelegasikan
kerajaan bisnisnya kepada beberapa tampuk pimpinan di masing-masing manajemen
perusahaan.
Beruntung hanya ada 1 perusahaan di
Jakarta yaitu Hotel Aurora. Selebihnya Tynera fokus berbisnis di England.
Baginya, harta dari sang ayah
memberikan peluang belajar menjalankan
bisnis dari berbagai bidang. Usia yang masih terbilang muda setelah melahirkan
Marc, anak ke-duanya yang masih bayi.
Tynera tentu saja membutuhkan
bantuan Boyke. Ia tak sanggup mengurus tumpukan kertas di mejanya. Beruntung,
Boyke sangat cerdas dan lincah dalam berbisnis. Pria yang kini diusianya menjelang
60 tahun membuatnya tergilla-gila menjalankan bisnis
Namun segala sesuatu tiada yang
sempurna di bumi ini. Kesibukan Tynera membuat dirinya tercampakkan. Sandralah
penyelamat dalam situasi semrawut itu.
Boyke mengasihi Sandra saat
diberi tahu mantan istrinya mengidap kanker. Ia berjanji akan mengurus Sandra
hingga akhir hayatnya.
Kini mereka bersatu menjadi
keluarga besar. Tinggal dalam satu rumah besar. Sandra menghitung hari demi
harinya sementara waktu-waktu akhir baginya hanya menekuni hobinya, melukis,
menulis, bermain gitar dan membaca.
Kasihnya pada Rachel, semakin
menggelora. Ia lukiskan dalam setiap lukisan yang indah. Pada blog pribadinya
ia menaruh seluruh cintanya kepada orang-orang di sekelilingnya.
Guratan hidupnya sungguh
menjadikan ia kuat menghadapi kenyataan bahwa ia, sekejap lagi akan meninggalkan
orang-orang yang dikasihinya.
Sore itu, semua berkumpul di
beranda. Tynera mengenakan baju santainya. Ia menyusui bayi Marc. Sandra
melukis di ruang kerjanya. Boyke asyik dengan pianonya. Rachel sedang membaca buku
“The Giving Tree” yang baru
dibelikan Boyke.
Buku cerita karya Shel
Silverstein yang berkisah tentang persahabatan antara pohon apel dan seorang
anak laki-laki. Cinta yang tumbuh antara anak tersebut dan si Pohon
mengajarkan, dasar persahabatan adalah cinta dan saling memberi.
Tetapi Shel mengingatkan memberi
atau meminta terlalu banyak tidak baik hasilnya.
Bersambung Butiran Salju (Part 12): Membangun
Kerajaan Business Hotel
Comments
Post a Comment